I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Pencernaan adalah rangkaian penguraian
bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat
diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut
suatu perubahan fisik dan kimia dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Proses pencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih
komplek dibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya.
Alat pencernaan terdiri atas saluran yang memanjang mulai dari
mulut sampai ke usus dan berakhir di lubang pelepasan atau anus. Ayam memiliki
pencernaan yang sederhana. Oleh sebab itu hanya tersedia tempat yang sempit
untuk kehidupan jasad renik dalam usus yang diperlukan untuk membantu mencerna
pakan.
Hewan ruminansia umumnya herbivora atau pemakan
tanaman, sebagian besar makanannya adalah selulose, hemiselulose dan bahkan
lignin yang semuanya dikategorikan sebagai serat kesar. Pencernaan pada
ruminansia terjadi secara mekanik, fermentatif dan enzimatik. Pada pencernaan mekanik melibatkan
organ seperti gigi (dentis). Pencernaan fermentatif terjadi dengan bantuan
mikroba (bakteri, ptotozoa, dan fungi). Pencernaan enzimatik melibatkan enzim
pencernaan untuk mencerna pakan yang masuk. Sistem pencernaan (tractus
digestivus) terdiri atas suatu saluran muskulo membranosa yang terentang dari
mulut sampai ke anus. Fungsinya adalah memasukan makanan, menggiling, mencerna
dan menyerap makanan serta mengeluarkan buangannya yang berbentuk padat.
Reproduksi merupakan proses fisiologis
pada makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan. Hewan termasuk ternak Domba, bereproduksi secara seksual
dan proses reproduksinya meliputi beberapa tingkatan fisiologik yang meliputi
fungsi-fungsi yang sangat kompleks dan terintegrasi antara proses yang satu
dengan yang lainnya.
1.2. Tujuan
Tujuan
pelaksanaan praktikum adalah :
1.
Agar dapat melakukan pengamatan, pengukuran dan identifikasi terhadap organ-organ pencernaan dan organ repoduksi pada ayam betina (omnivora) dan domba betina (ruminansia) serta mengetahui aktifitas pencernaannya dengan melakukan pengukuran pH
2.
Agar dapat mengetahui letak bagian –
bagian organ serta mengidentifikasi
bagian-bagian dan fungsinya masing – masing organ sistem pencernaan dan sistem
reproduski pada ayam betina dan domba betina.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem
Pencernaan
a.
Ayam Betina
Ø
Mulut dan
Esofagus
Mulut
ayam tidak memiliki bibir dan gigi,
peranan bibir dan gigi pada ayam digantikan oleh rahang yang menanduk dan
membentuk paruh. Lidahnya runcing dan keras seperti ujung panah dengan arah ke
depan, lidah berfungsi untuk mendorong pakan menuju esofagus waktu lidah
digerkan dari depan ke belakang. Kelenjar ludah mengeluarkan cairan yang
melicinkan pakan menuju esofagus dan diteruskan ke tembolok.
Ø
Tembolok
Adalah organ yang berbentuk kantong
merupakan daerah pelebaran esofagus. Proses pencernaan dalam tembolok sangat
kecil terjadi. Fungsi utama tembolok adalah sebagai organ penyimpan makanan.
Pakan yang berupa serat kasar dan bijian tinggal dalam tembolok selama beberapa
jam untuk proses pelunakan dan pengasaman.
Ø
Perut
Kelenjar/proventrikulus
Merupakan pelebaran dan penebalan dari
ujung akhir esofagus. Asam hidroklorid dan enzim pepsin yang dihasilkan
didinding perut kelenjar berfungsi untuk membantu proses mencerna protein,
sewaktu makanan lewat sel kelenjar secara mekanis akan mengkerut dan
menyebabkan keluarnya cairan kelenjar perut.
Ø
Ventriculus (Gizzard).
Terdiri
atas serabut otot yang padat dan kuat. Bentuknya bulat telur dengan dua lubang
saluran di ujung-ujungnya. Pada bagian depan dengan perut kelenjar dan bagian
lain dengan usus halus. Fungsi utama ventriculus
adalah
menggiling dan meremas pakan yang keras. Otot gizzard meremas ± 4 kali per menit. Dalam empedal menghasilkan asam
hidroklorit. Proses mencerna makanan secara normal dibantu dengan adanya krikil
yang dimakan oleh ayam. Ukuran gizzard dipengaruhi
aktifitasnya jika gizzard diberi
pakan yang telah siap tergiling maka ukurannya akan lebih kecil.
Ø
Usus
Halus
Terdiri
atas saluran makanan yang dimulai dari duodenum yaitu usus halus pada bagian
depan dan berakhir di rektum atau usus besar pada bagian belakang. Pencernaan
dan penyerapan pakan utamanya terjadi pada usus halus. Selaput lendir usus
halus memiliki jonjot yang lembut menonjol seperti jari. Fungsinya selain
sebagai penggerak aliran pakan dalam usus juga untuk menaikan permukaan penyerapan
sari makanan.
Ø
Usus
Besar
Pada
persambungan usus bagian bawah dan rektum terdapat dua bentukan cabang usus
yang buntu sehingga disebut usus buntu (caecum). Usus buntu ini membantu
mecerna makanan yang memiliki susunan serat kasar yang tinggi melalui aksi
jasad renik dalam makanan. Usus besar paling belakang terdiri atas rektum yang
pendek dan berakhir di kloaka.
Ø
Kloaka
Merupakan
suatu tabung yang berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan
reproduksi yang membuka keluar menuju anus. Organ ini bertaut dengan bursa
fabricius pada sisi atas berdekatan dengan tepi luarnya. Air kencing yang
sebagian besar merupakan endapan asam urat
dikeluarkan melalui kloaka bersama tinja dengan bentuk seperti pasta
putih.
Ø
Hati
Berfungsi
menyaring darah dan menyimpan glikogen yang
dibagikan ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Salah satu peranan
terpenting dari hati dalam pencernaan adalah menghasilkan cairan empedu yang
disalurkan kedalam duodenum melalui dua buah saluran . cairan tersebut
tersimpan dalam sebuah kantong yang disebut kantong empedu dan terletak pada
salah satu lobus kanan hati (Akso, dkk;
1993).
b.
Domba Betina
Pencernaan
adalah rangkaian perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan makanan selama
berada di dalam alat pencernaan. Proses pencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih
komplek dibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya.
Perut
ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum (perut jala), rumen
(perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati). Dalam studi
fisiologi ternak ruminansia, rumen dan retikulum sering dipandang sebagai organ
tunggal dengan sebutan retikulorumen. Omasum disebut sebagai perut buku
karena tersusun dari lipatan sebanyak 100 lembar. Fungsi omasum belum terungkap
dengan jelas, tetapi pada organ tersebut terjadi penyerapan air, amonia, asam
lemak terbang dan elektrolit. Pada organ ini dilaporkan juga menghasilkan
amonia dan mungkin asam lemak terbang (Frandson, 2002).
Termasuk
organ pencernaan bagian belakang lambung adalah sekum (caecum), colon dan
rektum. Pada pencernaan bagian belakang tersebut juga terjadi aktivitas
fermentasi. Namun belum banyak informasi yang terungkap tentang peranan
fermentasi pada organ tersebut yang terletak setelah organ penyerapan utama.
Proses pencernaan pada ternak ruminansia dapat terjadi secara mekanis di mulut,
fermentatif oleh mikroba rumen dan secara hidrolis oleh enzim-enzim pencernaan.
Pada
sistem pencernaan ruminansia terdapat suatu proses yang disebut memamah biak
(ruminansi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakan ditahan untuk sementara di
dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakan yang telah berada dalam rumen
dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi) untuk dikunyah kembali (proses
remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali (proses redeglutasi). Selanjutnya
pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzim mikroba rumen. Kontraksi
retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaian proses tersebut bermanfaat
pula untuk pengadukan digesta inokulasi dan penyerapan nutrien. Selain itu
kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untuk pergerakan digesta meninggalkan
retikulorumen melalui retikulo-omasal orifice (Akoso, dkk; 1993).
Di
dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya. Mikroba
rumen dapatdibagi dalam tiga grup utama, yaitu bakteri, protozoa dan fungi.
Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan
serat, karena fungi membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi
tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk
dicerna oleh enzim bakteri rumen.
Bakteri
rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yang digunakan, karena
sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya. Kebalikannya, protozoa
diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudah dilihat berdasarkan
penyebaran silianya.
Beberapa
jenis bakteri adalah : (a) bakteri pencerna selolosa (Bakteroides
succinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus, Butyfibrio
fibrisolvens), (b) bakteri pencerna pati (Bakterioides ammylophilus,
Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica, (d) bakteri pencerna gula (Triponema
bryantii, Lactobasillus ruminus), (e) bakteri pencerna protein (Clotridium
sporogenus, Bacillus licheniformis).
2.2. Sistem Reproduksi
a.
Ayam Betina
Organ kelamin ayam
betina yang terdiri atas ovarium, infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina dan kloaka.
Ovarium merupakan tempat sintesis hormon steroid seksual,
gametogenesis, dan perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel). Bentuk ovarium seperti buah anggur dan terletak pada rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum meso-ovarium. Pada unggas umumnya dan pada ayam khususnya,
hanya ovarium kiri yang berkembang dan berfungsi, sedangkan yang bagian kanan mengalami rudimenter.
Adapun urutan perjalanan terbentuknya sebutir telur pada saluran
reproduksi ayam betina adalah sebagai berikut:
Ø
Infundibulum/papilon
Fungsinya adalah untuk menangkap ovum yang masak. Bagian ini sangat tipis dan
mensekresikan sumber protein yang mengelilingi membran vitelina. Kuning telur
berada di bagian ini berkisar 15-30 menit. Pembatasan antara infundibulum dan
magnum dinamakan sarang spermatozoa sebelum terjadi pembuahan.
Ø
Magnum
Magnum
tersusun dari glandula tubiler yang sangat sensibel. Sintesis dan sekresi putih
telur terjadi disini. Mukosa dan magnum tersusun dari sel gobelet. Sel gobelet
mensekresikan putih telur kental dan cair. Kuning telur berada di
magnum untuk dibungkus dengan putih telur selama 3,5 jam.
Ø
Isthmus
Isthmus mensekresikan membran atau selaput telur. Telur berada di sini
berkisar 1 jam 15 menit sampai 1,5 jam. Isthmus bagian depan yang berdekatan
dengan magnum berwarna putih, sedangkan bagian belakang dari isthmus
mengandung banyak pembuluh darah sehingga memberikan warna merah.
Ø
Uterus
disebut juga
glandula kerabang telur. Pada bagian ini terjadi dua fenomena,
yaitu dehidrasi putih telur atau plumpingkemudian terbentuk kerabang (cangkang)
telur. Warna kerabang telur yang terdiri atas sel phorphirin akan terbentuk di
bagian ini pada akhir mineralisasi kerabang telur. Lama mineralisasi antara 20
– 21 jam.
Ø
Vagina
bagian ini
hampir tidak ada sekresi di dalam pembentukan telur, kecuali pembentukan
kutikula. Telur melewati vagina dengan cepat, yaitu sekitar 3 menit, kemudian dikeluarkan (oviposition) dan 30 menit setelah
peneluran akan kembali terjadi ovulasi.
Ø
Kloaka
merupakan
bagian paling ujung luar dari induk tempat dikeluarkannya telur. Total waktu
untuk pembentukan sebutir telur adalah 25-26 jam. Ini salah satu penyebab
mengapa ayam tidak mampu bertelur lebih dari satu butir/hari. Di samping itu,
saluran reproduksi ayam betina bersifat tunggal. Artinya, hanya oviduk bagian
kiri yang mampu berkembang. Padahal, ketika ada benda asing seperti yolk
(kuning telur) dan segumpal darah, ovulasi tidak dapat terjadi. Proses
pengeluaran telur diatur oleh hormon oksitosin dari pituitaria bagian belakang (AAK, 1993).
b.
Domba Betina
Organ reproduksi betina terdiri dari vulva,
vagina, serviks, uterus, oviduk, dan ovarium Akoso (2003).
Ø
Vulva
Vulva adalah lubang terluar dari alat reproduksi. Fungsi
vulva adalah sebagai pelindung, tempat keluarnya lendir dan hormon
pheromon untuk menarik pejantan. Vulva berasal dari intoderm sinus urogenitalis
dan ektoderm embrional. Vulva terdiri atas labia mayora (luar) dan labia minora
(dalam). Labia vulva ditutupi oleh bulu-bulu yang jarang dan menjaga lubang
luar saluran reproduksi.
Ø
Vagina
Vagina alat reproduksi paling luar yang berfungsi sebagai
alat kopulasi pada organ reproduksi betina dan tempet keluarnya fetus pada saat
partus atau saat terjadinya kelahiran. Struktur reproduksi internal yang paling
bawah (paling luar) adalah vagina yang berperan sebagai organ kopulasi pada
betina. Disinilah semen ditumpahkan oleh penis pejantan. Seperti halnya
serviks, vagina juga mengembang agar fetus dan membran dapat lewat pada
waktunya.
Ø
Uterus
Uterus merupakan tabung di rongga perut yang terdiri dari
dua buah tanduk, sebuah batang dan sebuah leher. Uterus berfungsi sebagai
tempat perkembangan fetus menjadi embrio. Uterus terdiri dari tanduk uterus (cornua uteri), dan badan
uterus (corpus uteri). Proporsi relatif masing-masing uterus, bentuk dan tanduk uterus bervariasi
tergantung spesies. Sebagai contoh, sebagai jalannya sperma pada saat kopulasi
dan motilitas (pergerakan sperma) ke tuba falopii dibantu dengan kerja yang
sifatnya kontraktil. Uterus juga berperan besar dalam mendorong fetus serta membrannya
pada saat kelahiran. Uterus juga merupakan tabung berotot tebal terletak di
rongga perut terdiri atas dua buah tanduk, sebuah batang dan sebuah leher
(serviks).
Ø
Serviks
Serviks merupakan suatu struktur yang memisahkan rongga
uterus dengan rongga vagina. Serviks berfungsi untuk menutup uterus dari
masuknya benda- benda asing dan menutup saat terjadi kebuntingan. Serviks
menutup pada saat ternak mengalami kebuntingan. Fungsi pokok serviks adalah
untuk menutup uterus guna melindungi masuknya bakteri maupun masuknya bahan-
bahan asing. Selama birahi dan kopulasi serviks berperan sebagai jalan masuknya
sperma. Jika kemudian terjadi kebuntingan, saluran uterin itu tertutup dengan
sempurna guna melindungi fetus.
Ø
Oviduk
Oviduk terletak setelah ovarium dan berfungsi sebagai
tempat fertilisasi atau bertemunya sel sperma dan sel telur. Oviduk berbentuk
menjadi dua saluran yang panjang dan menghubungkan ovarium dan uterus. Ovari
dirangsang untuk melepaskan ovum ke dalam infundibulum dari oviduk.
Peristiwa ini sebenarnya tertunda sampai 12 jam setelah akhir birahi.
Pembuahan, yaitu persatuan antara sel telur dan sperma, terjadi di sepertiga
bagian atas dari oviduk. oviduk berbentuk dua saluran dengan panjang yang
bervariasi dan berdiameter 3mm yang menghubungkan ovarium dan uterus. Fungsi
oviduk adalah menyalurkan telur dari indung telur ke rahim.
Ø
Ovarium
Ovarium merupakan alat reproduksi
betina yang berfungsi untuk memproduksi sel telur atau ovum dan penghasil
hormon estrogen. Sel telur dihasilkan dari folikel. Ovarium berbentuk
menyerupai biji almond, ovarium terletak di dekat ginjal dan tidak mengalami pergeseran.
Ovari merupakan organ betina yang homolog dengan testes pada hewan
jantan, berada di dalam rongga tubuh, di dekat ginjal dan tidak mengalami
pergeseran atau perubahan tempat seperti pada testes. Ovari seekor sapi betina
bentuknya menyerupai biji almond dengan berat rata- rata 10 – 20 gram. Ovarium berjumlah
2 buah dan berfungsi sebagai penghasil produksi sel telur.
III.
KEGIATAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu
dan Lokasi
Kegiatan praktikum pengamatan dan identifikasi organ-organ
pencernaan serta organ reproduksi pada ayam dan domba dilaksanakan
pada pada tanggal 27 Oktober 2014. Praktikum
dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Penyuluhan
Peternakan STPP Bogor.
3.2. Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
1.
Ayam
broiler betina dan domba betina
2.
Organ
pencernaan, dan organ reproduksi pada ayam dan domba
3.
Anatomi set
4.
Kertas
pengukur pH (Lakmus)
5.
Nampan
untuk alas
6.
Pita ukur
3.3. Langkah Kerja/Prosedur
1.
Pencatatan ukuran
organ-organ pencernaan ayam dan domba.
2.
Mengidentifikasi
letak/posisi organ-organ pencernaan serta organ reproduksi pada Ayam dan Domba
3.
Pengukuran kadar
keasaman (pH) organ-organ pencernaan Ayam dan Domba.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Organ Pencernaan
Hasil
pengamatan dan pengukuran organ-organ pencernaan, pada Ayam dan Domba dapat
dilihat pada tabel – tabel berikut
:
Tabel
2. Hasil Pengamatan dan Pengukuran
organ-organ pencernaan, pada Ayam
No
|
Jenis organ yang diamati
|
Data
|
||
Panjang (cm)
|
pH
|
Posisi/Letak
|
||
1
|
Oesophagus
|
10
|
6
|
Ujung
atas oesophagus
|
2
|
Crop
|
7
|
5
|
Oesophagus - Proventriculus
|
3
|
Proventriculus
|
13
|
5
|
Oeshopagus-usus
halus
|
4
|
Ventriculus (Gizzard)
|
8
|
4
|
Oeshopagus-usus
halus
|
5
|
Pankreas
|
14
|
7
|
Gizzard
–duodenum
|
6
|
Duodedum
|
28
|
6
|
Pangkreas-
usus halus
|
7
|
Jejenum
|
136
|
6
|
Usus
halus-ureter
|
8
|
Ischium
|
15
|
|
Usus
halus-ureter
|
9
|
Caecum
|
19
|
|
Colon-jejenum
|
10
|
Colon
|
18
|
|
Colon-jejenum
|
11
|
Rektum
|
1
|
|
Ischium-rectum
|
12
|
Kloaka
|
|
|
Tabel 3.
Hasil Pengamatan dan
Pengukuran organ-organ pencernaan, pada Domba
No
|
Jenis organ yang diamati
|
Data
|
||
Panjang (cm)
|
pH
|
Posisi/Letak
|
||
1
|
Oesophagus
|
38
|
Asam
|
Rongga mulut – lambung
|
2
|
Perut
|
|
|
|
a. Rumen
|
106
|
Netral
|
Terentang dari diafragma menuju pelvis (sebelah
kiri)
|
|
b. Reticulum
|
20
|
Netral
|
Rumen –
Omasum
|
|
c. Omasum
|
30
|
Asam
|
Disebelah
kanan rumen dan reticulum
|
|
d. Abomasum
|
33
|
Asam
|
Omasum
– Usus halus
|
|
3
|
Usus Halus
|
|
|
|
a. Duodenum
|
76
|
Asam
|
Abomasum - Jejenum
|
|
b. Jejenum
|
801
|
Asam
|
Duodenum – Ischium
|
|
c. Ischium
|
766
|
Netral
|
Jejenum – Sekum
|
|
4
|
Ususu Buntu
|
23
|
Basa
|
Ischium – Usus besar
|
5
|
Usus Besar
|
233
|
Basa
|
Sekum - Rektum
|
6
|
Rektum
|
172
|
Asam
|
Usus Besar – Anus
|
6
|
Anus
|
|
Bagian terluar
|
Pada tabel hasil identifikasi, pengamatan dan pengukuran organ-organ
pencernaan, terdapat beberapa perbedaan ukuran dan
kadar keasaman (pH) antara organ-organ Ayam
maupun Domba.
Ayam
memiliki pencernaan yang sederhana. Oleh sebab itu hanya tersedia tempat yang
sempit untuk kehidupan jasad renik dalam usus yang diperlukan untuk membantu
mencerna pakan. Kelenjar ludah pada ayam mengeluarkan cairan yang melicinkan
pakan menuju esofagus dan diteruskan ke tembolok. Proses pencernaan dalam tembolok sangat kecil
terjadi. Fungsi utama tembolok adalah sebagai organ penyimpan makanan. Pakan
yang berupa serat kasar dan bijian tinggal dalam tembolok selama beberapa jam
untuk proses pelunakan dan pengasaman.
Fungsi
utama Ventriculus (Gizzard) adalah menggiling dan meremas pakan yang
keras. Otot Gizzard meremas
± 4 kali per menit. Dalam Gizzard
menghasilkan asam hidroklorit. Proses mencerna makanan secara normal
dibantu dengan adanya krikil yang dimakan oleh ayam. Pencernaan dan penyerapan
pakan utamanya terjadi pada usus halus. Selaput lendir usus halus memiliki
jonjot yang lembut menonjol seperti jari. Fungsinya selain sebagai penggerak
aliran pakan dalam usus juga untuk menaikan permukaan penyerapan sari makanan.
Usus buntu (Caecum)
membantu mecerna makanan yang memiliki susunan serat kasar yang tinggi melalui
aksi jasad renik dalam makanan. Usus besar paling belakang terdiri atas rektum
yang pendek dan berakhir di kloaka. Kloaka merupakan suatu tabung yang
berhubungan dengan saluran pencernaan, saluran kencing dan reproduksi yang
membuka keluar menuju anus.
Makanan
ruminansia banyak mengandung serat kasar, maka lambung ganda sangat penting
agar makanan dapat dicerna lebih lama dan sempurna. Makanan yang ditelan
sebagian besar masuk kedalam rumen, yang agak berat masuk ke retikulum. Di
dalam rumen makanan diaduk dan terjadi proses fermentasi. Di rumen juga
terdapat mikrobia (protozoa, bakteri dan fungi) yang ikut
berperan pada proses pencernaan. Makanan yang masih besar dimuntahkan kembali
ke mulut (regurgitasi) untuk dikunyah lagi selanjutnya ditelan kembali
langsung ke retikulum. Proses ini disebut ruminasi.
Makanan
yang sudah encer atau lunak kemudian masuk ke omasum. Sedang makanan
yang masih kasar tertahan di omasum. Pada hewan ruminansia muda, rumen
dan retikulum belum berfungsi. Makanan yang ditelan (makanan encer)
langsung ke omasum melalui saluran oesophagial groove.
Pencernaan
dalam usus halus hewan ruminansia atau pun non-ruminansia adalah sama.
Kelenjar-kelenjar yang ikut berperan pada pencernaan dalam usus halus adalah :
a)
pankreas, yang menghasilkan
enzim-enzim :
o proteolitis,
untuk memecah protein
o lipolitis,
untuk memecah lemak/lipid
o amilolitis,
untuk memecah zat pati/amilum
o pankreas
juga menghasilkan hormon insulin, tapi tidak ikut berperan pada proses
pencernaan dalam usus halus.
b)
Kelenjar-kelenjar Usus,
menghasilkan enzim-enzim :
o enterokinase,
membebaskan tripsin dalam cairan pankreas
o erepsin,
memecah protein menjadi asam amino
o maltose,
memecah maltosa menjadi glukosa
o sukrose,
memecah sukrosa menjadi glukosa
o laktase,
pada hewan muda adalah untuk mencegah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
o lipase,
memecah lemak
4.2.
Organ Reproduksi
Hasil pengamatan dan pengukuran organ-organ reproduksi pada Ayam tidak dapat dilakukan . Hal ini terjadi karena Ayam yang
digunakan untuk praktek adalah Ayam Broiler.
Sedangkan, hasil pengamatan dan pengukuran organ – organ
reproduksi pada ternak domba dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel
4. Hasil Pengamatan dan
Pengukuran organ-organ reproduksi, pada Domba
No
|
Jenis organ yang diamati
|
Data
|
||
Panjang (cm)
|
Kondisi
|
Posisi/Letak
|
||
1
|
Vulva
|
3
|
Baik
|
Bagian terluar
|
2
|
Vagina
|
9
|
Baik
|
Antara Vulva – Uterus
|
3
|
Vesica Urinaria
|
5
|
Baik
|
Antara Vagina – Uterus
|
4
|
Uterus
|
|
|
|
a. Cervix uteri
|
3
|
Baik
|
Vagina – Corpus uteri
|
|
b. Corpus uteri
|
2
|
Baik
|
Cervix uteri – Cornua uteri
|
|
c. Cornua uteri
|
8
|
Baik
|
Corpus uteri – Oviduct
|
|
5
|
Oviduct
|
|
Rongga perut
|
|
a. Tuba falopii
|
9
|
Baik
|
Dekat dengan Ovarium
|
|
b. Ithmus
|
3
|
Baik
|
Cornua uteri – uterus
|
|
c. Fimbriae
|
2
|
Baik
|
Mulut
infundibulum
|
|
|
|
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
praktikum pengamatan dan
identifikasi organ-organ pencernaan serta organ
reproduksi pada ayam dan domba,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Ø Adanya beberapa perbedaan kadar keasaman (pH)
antara masing – masing organ pencernaan pada ayam
dan domba.
Ø Gizzard
pada ayam menghasilkan asam hidroklorit yang
membantu proses pencernaan sehingga ketika terjadi proses pancernaan kondisi
organ tersebut menjadi asam.
Ø Perut
ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu rumen (perut beludru), retikulum (perut jala), omasum
(perut bulu), dan abomasum (perut sejati).
Ø Organ reproduksi domba betina terdiri dari vulva, vagina,
serviks, uterus, oviduk, dan ovarium.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso
B.T., Tjahyowati G dan Pangastoeti S., 1993. Manual untuk Paramedis Kesehatan Hewan. Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana.
Akoso
B.T., dan Sulaiman. I., 1993. Manual Kesehatan Unggas. Yogyakarta:
Yayasan Kanisius.
A.A.K.,
1993. Pemeliharaan Ayam Ras. Yogyakarta:
Yayasan Kanisius.
Frandson, R. D. 2002. Anatomi dan
Fisiologi Ternak. Yogyakarta: UGM Press.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mata Kuliah Anatomi dan Fisiologi Ternak
tentang “Sistem Pencernaan
dan Reproduksi pada Ayam dan Domba” tepat pada
waktunya.
Laporan ini dibuat berdasarkan hasil pengamatan dan
identifikasi. Harapannya adalah
dapat mengetahui letak dan fungsi dari masing – masing organ dilihat dari
tinjauan pustaka dengan kenyataan setelah melakukan praktikum.
Dalam penyusunan Laporan ini, penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Bpk Wahyudi Purnomo, A. Pt dan drh. Kusuma Sri Handayani, M. Si; selaku
Dosen Mata Kuliah Anatomi dan Fisiologi Ternak.
2.
Rekan – rekan yang membantu penulis dalam penyelesaian Laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini jauh dari kesempurnaan dan dengan
segala kerendahan hati penulis mohon kritik dan saran
yang bersifat membangun, demi penyempurnaan Laporan ini. Besar harapan penulis, semoga Laporan ini dapat bermanfaat.
Bogor,
3 Oktober 2014
i
|
|
ANATOMI DAN
FISIOLOGI TERNAK
PENGAMATAN DAN IDENTIFIKASI ORGAN –
ORGAN PENCERNAAN DAN REPRODUKSI PADA AYAM DAN DOMBA
DI SUSUN OLEH :
NAMA : SARDI HAMA MBANI
NIRM : 04.2.1.14.0249
PROGRAM ALIH JENJANG
JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
I.
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1.
Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
1.2.
Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 2
2.1.
Sistem Pencernaan................................................................................................................... 2
2.2.
Sistem Reproduksi.................................................................................................................... 5
III.
KEGIATAN PRAKTIKUM .......................................................................... 9
3.1.
Waktu dan Lokasi..................................................................................................................... 9
3.2.
Alat dan Bahan .......................................................................................................................... 9
3.3.
Langkah Kerja/Prosedur .................................................................................................... 9
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 9
4.1.
Organ Pencernaan ................................................................................................................... 9
4.2.
Organ Reproduksi ................................................................................................................... 12
V.
KESIMPULAN.............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14
ii
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar